Nabire PT – papuapatrolie-news.com, RSUD Nabire menerima tiga pasien rujukan dari Puncak Jaya yang mengalami luka serius akibat kerusuhan. Direktur RSUD Nabire, Drs. Frans Sayori, mengonfirmasi bahwa ketiga korban tersebut adalah Yupri Wonarengga, Ason Wonda, dan Rondas Tabuni. Mereka langsung mendapatkan perawatan intensif dengan penanganan dari tim medis serta dokter spesialis bedah.
“Puji Tuhan, kemarin kami telah melakukan operasi karena kasus ini cukup berat akibat luka panah yang membutuhkan alat penunjang serta dukungan penuh dari dokter spesialis bedah, dr. Linda. Operasi berjalan lancar dan pasien telah dipindahkan ke ruang ICU,” ujar dr. Frans Sayori, Jumat (7/2/2025).
Namun, setelah evaluasi lebih lanjut, satu korban mengalami luka parah di bagian jantung akibat anak panah yang menembus tubuhnya. Korban tersebut, Yupri Wonarengga, harus segera dirujuk ke Makassar karena di Papua belum tersedia dokter spesialis bedah jantung yang mampu menangani kasus seperti ini.
“Hari ini saya melakukan kontrol terhadap korban, dan kami harus segera merujuk satu pasien ke Makassar. Hasil scan menunjukkan perlunya operasi oleh dokter spesialis bedah jantung, yang belum tersedia di Papua. Kami telah berkoordinasi dengan pihak provinsi untuk mempercepat proses rujukan ini,” jelas dr. Frans.
Sementara itu, Ason Wonda tidak dapat bertahan dan menghembuskan napas terakhirnya tadi malam akibat komplikasi berat dari luka panah yang menembus jantung. Tim medis telah berupaya maksimal, namun kondisi korban terlalu kritis untuk diselamatkan.
Korban lainnya, Rondas Tabuni, kini dalam kondisi stabil setelah mendapatkan perawatan intensif di ruang bedah. Ia masih dalam tahap observasi, tetapi kondisinya menunjukkan perkembangan yang positif.
Saat ini, RSUD Nabire sedang menyiapkan seluruh dokumen dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah agar proses rujukan Yupri Wonarengga ke Makassar dapat segera dilakukan guna mendapatkan penanganan lebih lanjut.
“Kami berharap Yupri bisa segera dirujuk ke Makassar. Kami telah mengupayakan yang terbaik untuk ketiga korban ini, namun beberapa kasus memang membutuhkan tindakan medis yang hanya bisa dilakukan di luar Papua,” pungkasnya.
Kejadian ini kembali menyoroti kebutuhan peningkatan fasilitas kesehatan di Papua, terutama dalam menangani kasus-kasus darurat yang memerlukan intervensi medis tingkat lanjut. (Red)