Nabire PT – Papuapatrolie-news.com, Oleh: Wendy Eko Suswinarko
Pelaku usaha lokal dan pemerhati ekonomi mikro Nabire, Papua Tengah
“Kami menyambut provinsi baru ini dengan harapan besar. Tapi sampai hari ini, ekonomi terasa makin sempit, bukan melebar.”
– Ibu rumah tangga, warga Distrik Nabire
Ketika pemerintah pusat meresmikan Papua Tengah sebagai provinsi baru pada November 2022, banyak warga menyambutnya dengan suka cita. Ini adalah impian lama yang akhirnya terwujud: sebuah harapan agar pelayanan publik menjadi lebih dekat, pemerataan pembangunan lebih nyata, dan kesejahteraan lebih terasa.
Nabire, sebagai ibu kota provinsi, menjadi pusat harapan itu. Namun, setelah hampir dua tahun berjalan, realitas di lapangan menunjukkan bahwa mimpi tersebut masih tertahan di tataran administratif. Akar rumput belum merasakan denyut perubahan yang signifikan.
❗ Pertumbuhan Ekonomi Papua Tengah: Terendah di Indonesia
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan dikutip dalam laporan Bisnis.com (26 Mei 2025) menyebutkan bahwa:
Papua Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar hanya 2,24% pada tahun 2024, terendah dibanding seluruh provinsi di Indonesia.
Bandingkan dengan Papua Pegunungan (6,74%) atau Papua Selatan (4,49%) – dua provinsi pemekaran lain yang dilantik bersamaan. Lambatnya pertumbuhan ini memberi dampak langsung pada sektor-sektor riil, khususnya sektor informal yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat sehari-hari.
💸 Uang Datang, Tapi Tidak Bertahan
Setiap awal bulan, uang dalam jumlah besar memang masuk ke wilayah ini melalui berbagai jalur: gaji pegawai, dana transfer daerah, dan anggaran proyek. Tapi pertanyaan besarnya: mengapa semua itu belum berdampak pada penguatan ekonomi lokal?
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar uang yang masuk ke Nabire justru tidak berputar di Nabire. Banyak penerima dana justru membelanjakan penghasilannya di luar daerah, atau mengirimkannya ke kampung asal. Transaksi besar lebih sering terjadi di luar ekosistem lokal. Akibatnya:
Pelaku usaha mikro kesulitan mendapat pembeli.
Perdagangan eceran melemah.
Peredaran uang tunai terbatas hanya pada segmen tertentu.
Ini bukan kesalahan siapa-siapa, melainkan cerminan dari pola konsumsi yang belum berpihak pada ekonomi daerah.
🧍 Dampak Langsung di Masyarakat
Hasil wawancara singkat yang saya lakukan dengan beberapa pelaku usaha kecil di wilayah kota dan pinggiran Nabire memperlihatkan tren yang sama: penurunan penjualan hingga 40-60% dalam 3 bulan terakhir. Bahkan kios yang biasanya menjadi pusat ekonomi kecil ikut terdampak.
Penjual keliling, pemilik kios, hingga pengelola warkop merasakan hal serupa: jumlah pelanggan berkurang, pembeli menawar lebih keras, dan siklus pembelian makin jarang. Ini menandakan daya beli masyarakat terus melemah, sementara kebutuhan tetap tinggi.
📉 Ketimpangan Harapan dan Realita
Ketika Papua Tengah berdiri, banyak warga berharap akan ada pembukaan lapangan kerja, program UMKM, dan belanja pemerintah yang menyentuh pelaku ekonomi akar rumput. Namun sejauh ini, proyek-proyek besar belum memberi efek limpahan yang cukup ke bawah.
Beberapa catatan penting yang perlu dipertimbangkan:
Belanja pemerintah provinsi masih banyak terpusat pada infrastruktur dasar dan perkantoran.
Program padat karya atau pemberdayaan ekonomi belum tersebar merata hingga ke kampung dan distrik kecil.
Pelibatan pelaku usaha lokal dalam pengadaan barang dan jasa masih sangat terbatas.
✊ Saatnya Menata Arah Ekonomi Papua Tengah
Papua Tengah punya potensi luar biasa: sumber daya alam, posisi strategis, dan masyarakat yang tangguh. Tapi tanpa perputaran ekonomi lokal yang sehat, provinsi ini akan hanya jadi pusat administratif tanpa denyut ekonomi yang nyata.
Pemerintah perlu turun langsung ke lapisan bawah – mendengar pelaku usaha mikro, membuka akses modal, dan mendorong belanja lokal. Di sisi lain, kita semua sebagai warga juga perlu menyadari pentingnya membelanjakan uang di sekitar kita: di warung tetangga, usaha rumahan, dan pengelola warung kopi.
“Kalau uang datang tapi langsung pergi, lalu siapa yang akan menumbuhkan ekonomi kita?”
Mimpi besar Papua Tengah akan jadi nyata jika uang yang masuk benar-benar menyentuh tanah, membasahi akar, dan memberi kehidupan bagi pohon ekonomi lokal. Mari kita jaga bersama agar harapan itu tidak berubah jadi kekecewaan.