Nabire – Papuapatrolie-news.com, Direktur RSUD Nabire, Dr. Frans Sayori, memberikan klarifikasi terkait insiden di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang sempat viral di media sosial. Kejadian ini dipicu oleh aksi protes keluarga pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan rumah sakit setelah meninggalnya seorang balita berusia 1 tahun 6 bulan pada Sabtu, 18 Januari 2025. Konferensi pers tersebut berlansung di halaman IGD RSUD Nabire pada minggu (19/01/2024).
Dalam konferensi pers, Dr. Sayori menjelaskan bahwa balita tersebut merupakan pasien rujukan dari Klinik Kartika yang tiba di IGD dalam kondisi kritis pada jumat malam. “Kami telah menjalankan prosedur medis sesuai standar, namun Tuhan berkehendak lain,” ujarnya. Meski tim medis telah berupaya maksimal, pasien tidak dapat diselamatkan.
Setelah kejadian tersebut, suasana di IGD sempat memanas akibat aksi pengrusakan yang dilakukan oleh keluarga pasien. Beberapa fasilitas medis, seperti timbangan bayi elektronik dan alat tensi, mengalami kerusakan. “Kami sangat menyesalkan tindakan anarkis ini. Kritik terhadap pelayanan adalah hak masyarakat, namun merusak fasilitas justru merugikan pasien lain yang juga membutuhkan perawatan,” tegas Dr. Sayori.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi RSUD Nabire, termasuk keterbatasan fasilitas dan tingginya beban kerja tenaga medis. Dr. Sayori mengajak semua pihak, termasuk tokoh masyarakat, kepala suku, anggota DPR, dan pemerintah daerah, untuk mencari solusi bersama guna mencegah kejadian serupa terulang. “Jika kita tidak duduk bersama dan mencari solusi, insiden seperti ini akan terus terjadi,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Sayori juga menanggapi isu diskriminasi terhadap tenaga medis non-Orang Asli Papua (OAP). “RSUD Nabire melayani semua orang, baik dari gunung maupun pantai. Jika dokter non-OAP tidak diizinkan bekerja, bagaimana kami bisa memberikan pelayanan maksimal?” ungkapnya.
Sebagai penutup, Dr. Sayori menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan di Nabire. “Saya diamanahkan untuk menjaga RSUD Nabire dan memastikan rumah sakit ini menjadi prioritas bagi masyarakat. Jika saya dianggap tidak mampu, saya siap diganti,” tutupnya.
Sementara itu, dokter jaga IGD, dr. Christin Lolongan, yang turut hadir dalam konferensi pers, memberikan penjelasan mengenai kronologi kejadian. Menurutnya, pasien masuk ke IGD pada Jumat malam, 17 Januari 2025, dengan kondisi diare, dehidrasi berat, gizi buruk, dan pneumonia. Pasien telah mendapatkan penanganan medis, termasuk pemasangan infus.
“Pada Sabtu pagi, pasien mengalami kesulitan bernapas. Kami segera memberikan rangsangan di dada hingga pasien kembali bernapas normal. Kami juga memasang oksigen dengan persetujuan orang tua,” jelas dr. Christin. Namun, sekitar pukul 14.00 WIT, keluarga pasien kembali mengeluhkan kondisi anaknya yang semakin memburuk.
“Saat kami datang untuk menangani, pasien sudah dalam kondisi kritis. Kami langsung melakukan resusitasi, tetapi ibu pasien mulai marah-marah dan membanting pintu. Situasi semakin tidak kondusif ketika ayah pasien juga hampir menyerang saya,” tambahnya.
Dr. Christin menegaskan bahwa tim medis telah berupaya semaksimal mungkin sesuai prosedur medis yang berlaku. “Kami bekerja dengan profesional dan memberikan yang terbaik untuk menyelamatkan pasien,” ujarnya.
RSUD Nabire berharap insiden ini dapat menjadi pembelajaran bersama agar pelayanan kesehatan di Nabire terus meningkat dengan dukungan penuh dari masyarakat. (Red)