Dogiyai, PT — Papuapatrolie-news.com, Dunia pendidikan di Kabupaten Dogiyai tengah menghadapi situasi kritis. Kepala Sekolah SMKN I Dogiyai, Amandus Gane, S.Pt, melontarkan seruan terbuka yang menggugah publik atas kondisi memprihatinkan sekolah yang dipimpinnya. Dalam pernyataan resminya awal Juni 2025, Amandus menyebut pendidikan di Dogiyai sedang “menangis” akibat kelalaian dan ketidakpedulian berbagai pihak.
“Pendidikan di Kabupaten Dogiyai sedang meneteskan air mata. Air mata itu jatuh ke tanah yang seharusnya subur dengan harapan, tapi kini mulai mengering,” ungkapnya dengan nada penuh keprihatinan.
Amandus mengungkapkan bahwa sekolahnya menjadi korban pencurian besar-besaran oleh oknum tidak bertanggung jawab. Sejumlah aset penting untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar hilang tanpa jejak, membuat proses pendidikan lumpuh total.
Adapun rincian aset yang dilaporkan hilang, di antaranya:
-Ruang Praktik Siswa (RPS) Jurusan TKJ: Seluruh perangkat komputer dicuri, menyisakan gedung kosong.
-Jurusan Agribisnis Ternak Unggas: Seluruh alat praktik hilang, membuat kegiatan praktik tidak dapat berlangsung.
Fasilitas kantor guru, meliputi:
1. 4 unit printer
2. 4 unit router WiFi
3. 1 unit amplifier
4. Toa pengeras suara dan berbagai peralatan penunjang lainnya
“Hari ini saya benar-benar menangis, bukan hanya karena kehilangan barang, tetapi karena masa depan anak-anak Papua sedang dirampas secara diam-diam,” tegasnya.
Amandus menyayangkan ketimpangan pembangunan pendidikan di Papua Tengah. Sementara sejumlah kabupaten lain telah mengalami kemajuan, Dogiyai justru semakin tertinggal dan terasing dari perhatian pembangunan.
“Mengapa pendidikan di kabupaten lain bisa dilangitkan, sementara di Dogiyai masih dibumikan? Apa yang salah? Kami butuh jawaban dan tindakan nyata,” ujarnya.
Kepala SMKN I Dogiyai mendesak agar kasus pencurian aset pendidikan ini segera ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum dan pemerintah daerah. Menurutnya, pencurian tersebut bukan hanya merugikan lembaga pendidikan, tetapi juga merupakan kejahatan terhadap masa depan generasi muda.
“Siapa pun pelakunya, mereka telah mencuri masa depan anak-anak kami. Ini adalah kejahatan kemanusiaan,” tandasnya.
Amandus mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, DPRD, tokoh adat, tokoh agama, pemuda, hingga aktivis pendidikan, untuk bersatu menyelamatkan pendidikan di Dogiyai. Ia menegaskan bahwa saat ini bukan saatnya saling menyalahkan, tetapi bergerak bersama dalam aksi nyata.
“Kami tidak butuh janji politik atau seminar belaka. Kami butuh aksi nyata: penegakan hukum, pemulihan aset, dan perhatian serius dari pemerintah,” tegasnya.
Pernyataan Amandus Gane bukan sekadar kritik, tetapi merupakan alarm darurat bagi dunia pendidikan di Papua Tengah. Ia menyuarakan jeritan nurani seorang pendidik yang menyaksikan murid-muridnya kehilangan alat belajar, kehilangan ruang praktik, bahkan kehilangan semangat untuk belajar.
“Jika hari ini kita biarkan pendidikan terus menangis, maka esok Dogiyai akan kehilangan masa depannya,” pungkas Amandus dengan nada getir. (Red)